Ketika kita
merasa bahwa waktu begitu singkatnya dan dua puluh empat jam sehari tidak cukup
menyelesaikan masalah kita, maka ada baiknya kita ingat ceritera tentang bola
golf dan kehidupan.
Seorang
professor pada suatu hari masuk kelas dengan membawa sebuah stoples amat besar.
Tanpa berkata apapun kepada para mahasiswanya, dia mengisi stoples tersebut
dengan bola golf sampai penuh. Kemudian beliau menanyakan kepada
siswa-siswanya, apakah mereka setuju bahwa stoples itu penuh. Mereka setuju.
Profesor itu kemudian menuangkan kerikil
kedalan stoples dan segera kerikil itu mengisi rongga-rongga yang ada diantara
bola-bola golf. Kemudian dia menanyai siswanya kembali apakah stoples itu kini
penuh. Untuk kedua kalinya siswa-siswanya menyutujui. Professor itu
melanjutkan, dia menuangkan pasir lembut ke stoples yang ternyata masih bissa
menampung juga, karena pasir lembut mengisi bagianyang masih tersisa antara
kerikil satu dengan yang lain. Untuk ketiga kalinya dia menanyai para muridnya,
apakah stoples kini benar-benar penuh? Siswa-siswanya kini tertawa menyetujui.
Professor itu kemudian mengambil dua kaleng BIr dan menuangkan ke stoples dan
ternyata bir tetap bisa tertampung karena cairan meresap mengisi rongga-rongga
kecil pada pasir yang lembut.
“Nah,” kata
professor ahli filsafat itu,
“Sekarang
saya minta kalian semua ingat bahwa stoples tadi merupakan gambaran kehidupan
kita semua.
Bola
golf adalah hal-hal yang terpenting dalam kehidupan kita
seperti : keluarga kita, anak, isteri/suami, teman-teman, kesehatan dan
citacita luhur kita, yang akan tetap ada dalam kehidupan kita bagaimanapun
kondisi kita, dan ketika kita tidak punya apa-apa tetapi tetap memiliki yang
itu, kita masih tetap merasa kaya.
Kerikil
adalah gambaran hal-hal kedua yang perlu kita pikirkan juga yaitu sebuah
pekerjaan, sebuah rumah masa depan dan sebuah kendaraan.
Pasir
adalah ibarat hal-hal kecil yang remeh. Kalau kita mengisi stoples besar dengan
pasir lebih dahulu, maka tidak mungkin kerikil dan bola golf bisa ikut masuk. Kalau kita habiskan kehidupan kita dengan
hanya berkutat pada hal-hal yang remeh, maka hal-hal yang baku tidak akan
mungkin bisa kita selesaikan. Oleh sebab itulah dalam kehidupan kita, kita
harus selalu member prioritas pada hal-hal hakiki terlebih dahulu.” Profesor
itu lalu member contoh hal-hal kecil, remeh yang bisa-bisa setiap harinya
justru akan memenuhi dan mengotori kehidupan kita sehingga mengganggu hal-hal
lain yang seharusnya lebih kita perhatikan.
Seorang
mahasiswa yang kritis, mengacungkan jarinya :
“Prof, lalu bir
itu menggambarkan apa?”
“Oh iya kelupaan”
kata professor itu sambil tersenyum.
Bir
adalah gambaran kesenangan. Dalam hidup kita, kesenangan bisa hadir kapan saja
tidak peduli apapun yang mengisi kehidupan kita…….. tapi kita harus hati-hati
karena kesenangan yang berlebihan akan memabukkan!” Katanya dengan raut senyum
lebar.
Para
pembaca “ingat”
Kita memang
seringkali tidak sengaja mengisi stoples kehidupan dengan hal-hal kecil remeh
yang dapat menyesakkan dada sementara yang seharusnya kita dahulukan dan
menjadi prioritas utama malah terlupakan.
ternyata ada filosofinya ya?
BalasHapus