Menjaga
nama baik ternyata jauh lebih sulit daripada mengawali debut positif. Beberapa
kali kita dikejutkan berita-berita aktuil orang-orang ternama – public figure
yang pantas diteladani – tiba-tiba saja melakukan hal-hal tidak terpuji.
Masyarakat mengelus dada, menangis, “gela”
karena tokoh idolanya tidak bisa “mengejawantahkan”
dirinya lagi sebagai panutan. Pepatah mengatakan : gajah mati meninggalkan
gading, harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama baik.
Kalau nama sudah tercemar, apalagi yang bisa ditinggalkan?
Kita sadari
atau tidak, pada bentuknya yang paling elementerpun sesungguhnya. Goda kasar
selalu datang silih berganti senafas dengan usia manusia. Kita telah melihat
bagaimanaseorang wakil rakyat terekam sedang melanggar tata susila, seorang
artis yang lagi melonjak debutnya kedapatan meninggal karena over dosis obat
psikotropika, belum lagi tentang cerita tokoh masyarakat yang dipercaya
mengelola keuangan, ternyata memanfaatkan uang yang bukan miliknya untuk
kepentingan pribadinya, dan masih banyak lagi. Berita-berita semacam it uterus
hadir dalam Koran maupun TV, selalu menjadi berita heboh untuk digosipkan dari
pagi hingga malam hari ketika kita akan tidur.
Merasa
paling beruntung, ternyata bisa jadi boomerang tatkala diucapkan dengan kepala
tegak, tanpa sadar bahwa sebenarnya ada mawar kuning yang akan dihadiahkan pada
kita diujung penantian saat kita tak bisa lagi menepuk dada. Seikat mawar
kuning ituakan dirangkai diatas casket yang di plintur hitam dan siap diangkat enam
orang kerumah masa depan kita…… tanah pemakaman, tak terkecuali setenar apapun
nama yang akan kita tinggalkan dan seberuntung apa hidup kita pada penggalan
masa yang kini lagi kita tapaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Follow mas bro & mbak sist