Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi.
Logikanya, minyak bumi adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Cepat
atau lambat, cadangan minyak dunia akan habis. Saat ini, harga minyak memang
sedang booming karena kebutuhan negara-negara industri seperti India dan Cina
makin meningkat. Selanjutnya, jika negara-negara di dunia tidak segera
mengantisipasi kelangkaan minyak bumi, harga minyak akan naik tinggi sekali.
Tapi sebaliknya, apabila negara-negara menyiapkan antisipasi sejak sekarang,
niscaya harga minyak tidak naik lagi, bahkan dapat turun. Mengapa? Karena dunia
nantinya bisa mencari pengganti minyak bumi yang aman, murah, dan mudah
diproduksi oleh siapa pun. Saat ini, industri minyak hanya dipegang oleh para
pemodal besar. Adapun beberapa bahan alternatif pengganti minyak bumi, salah
satunya adalah etanol dari tumbuhan, atau lebih dikenal dengan bioetanol.
Pengenalan energi alternatif ini juga merupakan upaya untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Dengan jumlah petani salak yang banyak pada musim panen raya produksi buah
salak sangat melimpah. Tetapi tidak diikuti penanganan pasca panen dan
distribusi yang baik dan tepat, sehingga banyak buah salak menjadi busuk dan
terbuang menjadi limbah. Limbah dari buah salak tersebut menyebabkan bau yang
tidak sedap dan menganggu kesehatan.
Berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh bahwa buah-buahan yang berasa
manis mengandung glukosa yang jika difermentasi akan menghasilkan etanol.
Sehingga buah salak dan buah-buahan lainnya yang terbuang dapat difermentasi
menghasilkan bioetanol yang secara ekonomi mempunyai nilai jual dan manfaat
yang lebih tinggi. Selain meningkatkan kualitas udara dan ketahanan
energi nasional, biaya produksi bioetanol terbilang rendah karena bahan baku
berasal dari limbah pertanian yang tidak bernilai ekonomis dan produk pertanian
dapat membantu petani meningkatkan penghasilannya melalui intensifikasi
budidaya dan perluasan lahan.
Kegunaan bioetanol selain sebagai bahan
pengganti bahan bakar juga dapat sebagai antiseptik (alkohol 70%) yang bisa
dijual di apotik
Bioetanol dapat diolah dari berbagai jenis tanaman berpati
(ubikayu, jagung, sorgum biji, sagu), tanaman bergula (tebu, sorgum manis, bit,
salak) serta serat (jerami, tahi gergaji, ampas tebu). Cara paling mudah
membuat bioetanol adalah dengan bahan yang mengandung banyak gula, contohnya
salak. Namun, buah salak dalam kondisi baik tidak memungkinkan untuk langsung
dijadikan bioetanol karena nilai ekonomisnya. Oleh karena itu, digunakan limbah
dari buah salak sebagai bahan baku bioetanol. Limbah buah salak itu antara lain
salak yang tidak layak jual/ekspor, salak yang busuk, dan salak-salak kecil
yang mengganggu besarnya salak.
Doc.
Seminar : Prof. Dr.rer.nat. Drs. Karna Wijaya, M.Eng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Follow mas bro & mbak sist