I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.,) cukup
lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun umumnya produk untuk
konsumen lokal. Pembudidayaan tebu ini mulai dirintis di Sumatera Utara
sejak tahun 1975 (Mangoendihardjo, 1999). Tanaman tebu (Saccharum
officinarum Linn) adalah tanaman penghasil gula. Gula sebagai salah
satu bahan makan dan kebutuhan pokok bagi Bangsa Indonesia akan selalu
meningkat dari tahun ke tahun karena meningkatnya jumlah penduduk, bertambahnya
pendapatan perkapita, serta terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat
(Djasmin, 1988).
Tebu (Saccharum officinarum Linn.) termasuk
keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung batangnya
mengandung air gula dengan kadar mencapai 20%. Air gula inilah kelak dibuat kristal-kristal gula atau gula pasir.
Disamping itu, tebu juga dapat menjadi bahan baku pembuatan gula merah
(Anonimous, 2000). Tebu (Saccharum officinarum L) termasuk famili
rumput-rumputan (graminae) yang terdiri dari 3 varietas yaitu varietas genyah,
varietas sedang dan varietas dalam. Varietas genyah dapat dipanen pada 12
bulan, varietas sedang dipanen pada umur 1-14 bulan, dan varietas dalam dipupuk
pada umur lebih dari 14 bulan (Mulyana, 1992).
Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan
sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan
Indonesia yang pernah menjadi produsen gula sekaligus eksportir gula, berubah
menjadi importer gula terbesar. Mempertahankan prestasi memang lebih
sulit daripada mencapai prestasi, ya itulah kenyataannya sekarang, rata-rata
impor setiap tahun mencapai 1,5 juta ton atau setara dengan 1 trilyun
(Anonymous, 2009).
Kebutuhan pengadaan gula ke depan akan semakin berat
mengingat banyaknya lahan sawah subur yang dikonversi untuk kepentingan non
pertanian dan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Di lain pihak laju
pertambahan produktivitas tanaman tebu semakin menurun yang disebabkan iklim
yang kurang mendukung, dan serangan berbagai hama dan penyakit.
Luas areal tanaman tebu di Indonesia pada tahun 2008
mencapai 436.500 ha dengan produksi gula nasional sebesar 2.668.427 ton
(Ditjenbun, 2008-2009), sedangkan total serangan penggerek pucuk tebu di
Propinsi Jawa Barat dan Jawa Timur yang dilaporkan mencapai 111,982.08 ha dan
kerugian hasil diperkirakan mencapai Rp.163.531.890 (Ditjenbun, 2008-2009).
Kerugian gula yang disebabkan oleh hama tebu di
Indonesia ditaksir sebesar 15%. Lebih dari 100 jenis binatang dapat
mengganggu dan merusak tanaman tebu di pertanaman. Namun hanya beberapa
diantaranya yang sering merusak dan menimbulkan kerugian seperti serangga hama
penggerek batang, penggerek pucuk, dan tikus, meskipun demikian jenis-jenis
lain tetap memiliki potensi menjadi hama.
Biofitalik merupakan pupuk organik dari ekstrak kompos
berbahan baku kulit udang. Pupuk tersebut sangat baik dalam memacu
pertumbuhan tanaman, dan dapat meningkatkan produksi tanaman. Karena
peranan pupuk Biofitalik tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, diduga akan berpengaruh juga terhadap perkembangan populasi serangga
di pertanaman tebu yang diaplikasikan pupuk tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman serangga Fitofag dan Entomofag di pertanaman tebu
yang diaplikasikan pupuk Biofitalik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman
Menurut Mangooendihardjo (1999) klaisfikasi tanaman
Tebu (Saccharum offisinarum L.) sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Graminales
Famili
: Graminaceae
Genus
: Saccharum
Spesies
: Saccharum offisinarum L.
Akar tanaman tebu berakar serabut dan menjalar hingga
ke permukaan tanah. Akar tebu dapat memanjang hingga 1,6 m, yang terdiri dari
cabang atau anak akar yang banyak (Mangoendohardjo, 1999).
Batang tebu berbuku-buku, pada setiap buku terdapat
mata tunas. Buku-buku merupakan pangkal dari daun. Batang berserat dan manis yang berasal dari kandungan kimia (Anonimus,
1981).
Daun tebu memiliki bulu-bulu halus pada permukaannya
yang gatal bila disentuh, tipe daun tebu ini tipe lanset dimana
tulang daun sejajar dan bentuk daun memanjang (Anonimus, 1981)
B. Syarat Tumbuh
Iklim
Untuk pertumbuhan yang optimum bagi tanaman tebu, maka
tanaman tebu menginginkan curah hujan optimum 1200-1700 mm/thn dengan
penyebaran yang merata sepanjang tahun, dan bulsn kering 2-4 bulan.
Intensitas penyinarannya 5-7 jam/hari, kecepatan angina optimum adalah < 10
km/jam (Anonimus, 1981).
Tanah
Tanah yantg baik bagi pertumbuhan tebu adalah tanah
yang emiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik, draenase baik, tidak
tergenang, pH tanah berksar antara 5-8 (Mangoendihardjo, 1999).
C. Hama-hama yang menyerang tanaman tebu
Hama Penggerek Batang
Penggerek
batang tebu bergaris (Chilo sacharipagus Boj.), Gejala serangan pada
batang tebu ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila
ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong
gerek yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati,
daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu
ulat penggerek.
Hama Penggerek Pucuk
Penggerek pucuk
(Triporyza nivella F.) merupakan salah satu hama penting bagi tebu
karena besarnya kerusakan yang ditimbulkan. Besar kecilnya kerugian akibat
serangan penggerek pucuk tergantung umur dan varietas tebu. Pada tanaman
yang terserang terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun yang ditembus
larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu tulang daun dimana tampak adanya
lorong gerek yang berwawrna coklat. Apabila serangan mencapai titik tumbuh
mengakibatkan kematian tanaman yang ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda
yang masih menggulung.
Hama Uret dan Boktor
Uret yang merugikan pertanaman tebu
pada umumnya adalah larva dari famili Melolonthidae dan Rutelidae, ordo
Coleoptera. Uret jenis ini ditandai dengan cara pergerakan dan bentuk lobang
pelepasan/celah anal seperti huruf V. Larva memiliki kepala yang kuat. Badannya
gemuk dan bagian belakang biasanya membengkok. Pertumbuhan tungkai tidak
sempurna. Tungkai lebih banyak digunakan untuk menggali daripada untuk
berjalan. Jenis uret yang merugikan pertanaman tebu antara lain Lepidiota
stigma F., Leucopholis rorida F
Boktor adalah penggerek pangkal batang
tebu. Hama ini termasuk famili Cerambicydae, ordo
Coleoptera. Potensi boktor sebagai hama tebu sangat besar mengingat kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap jenis tanah yang berbeda dan kondisi lingkungan
yang kering. Disamping itu mempunyai daya reproduksi yang juga tinggi.
Hama belalang
Belalang (Locusta spp., Valanga spp.,
dan Gesonula spp.), Tanaman yang terserang menunjukkan adanya luka-luka bekas gerekan pada
daun muda maupun tua. Arah gerekan dari tepi daun namun ibu tulang daun tidak
digerek. Pada serangan berat, helai daun habis, tinggal tulang daun yang dari
kejauhan tanaman tampak seperti lidi-lidinya saja.
D. Pupuk Organik
Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara, dibutuhkan tanaman dan dapat
menambah kesuburan kimia, biologi dan fisik tanah (Indradana, 1987). Dalam
pengertian yang sempit pupuk merupakan bahan atau zat makanan yang diberikan
pada tanaman dengan maksud agar zat makanan untuk tanaman dapat bertambah,
sedangkan dalam pengerian luas pemberian pupuk bertujuan untuk memudahkan zat
makanan yang lain dihisap oleh tanaman (Hardjodinomo, 1970).
Pupuk
organik yang di pakai pada penelitian ini adalah biofitalik. Biofitalik
adalah ekstrak kompos yang terbuat dari campuran kulit udang dengan pupuk
kandang sapi. Ekstrak kompos merupakan salah
satu bahan alami murah dan aman. Ekstrak kompos kulit udang lebih
unggul dari pestisida sintetik bahkan agens hayati dan dapat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman, menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman
(Suwandi, 2004).
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan
Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan pertanaman
Tebu Cinta Manis yang berada di PT. Perkebunan Nusantara VII Organ Ilir
dan identifikasi di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan
Januari 2011 sampai dengan selesai.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah
tanaman tebu, air, pupuk kandang, TSP, NPK dan pupuk organik Biofitalik.
Sedangkan alat yang digunakan adalah penangkap serangga (Jaring
dan Fitfall trap), botol koleksi, alat penyemprot, timbangan, alat tulis
dan kamera.
Pelaksanaan
praktek lapangan ini dengan menggunakan metode survei. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari pengamatan di lapangan. Data sekunder didapat dari instansi
setempat. Data yang diperoleh dari praktek lapangan ini diolah dalam
bentuk tabulasi.
D. Cara kerja
1. Penentuan
Lokasi Penelitian
Penentuan
lokasi pengamatan (daerah pengamatan) dilakukan secara sengaja atau purposive
sampling, lokasi pengamatan di sentra Perkebunan Cintamanis, yaitu di PT.
Perkebunan Nusantara VII Ogan Ilir. Luas masing-masing pengamatan sebesar
1 ha.
2. Penentuan
Tanaman Contoh
Tanaman contoh
diambil dari berbagai umur tanaman dan varietas tebu. Mula-mula
ditentukan berapa luas lahan yang akan dijadikan petak contoh sebanyak 12 lahan
dari masing-masing lahan tersebut diambil satu anak petak contoh dan dari setiap
anak petak contoh diambil tanaman contoh sebanyak 10% secara acak yang ditandai
dengan tali berwarna, sehingga setiap anak petak terdapat 10 tanaman contoh.
Kemudian diamati keanekaragaman hama yang ada disekitar tanaman tersebut.
3. Aplikasi
Pupuk
Biofitalik
Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan, dilakukan pada
pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari setelah pukul 16.00 WIB.
Penyemprotan dilakukan dua kali dengan interval 15 hari sekali. Dosis
yang dipakai setiap kali penyemprotan biofitalik adalah 10 ml per 1 liter air.
Metode aplikasi yang akan dilakukan, meliputi:
a. Aplikasi Biofitalik dilakukan 10 hari setelah perlakuan pupuk
an-organik yang lazim dilaksanakan di perkebunan tebu Cinta Manais.
b. Pemberian pupuk organik (Biofitalik) dengan dosis 10 cc/liter (1
tutup botol/1 liter air)
c. Pemberian pupuk organik (Biofitalik) yang diperkaya.
Biofitalik yang Diperkaya
Pada dasarnya aplikasi yang dilakukan pada Biofitalik
yang diperkaya sama dengan Pupuk Biofitalik murni. Bedanya terletak pada
komposisis bahan dan dosis yang digunakan, antara lain : Biofitalik 1 liter,
pupuk kandang 5-7 kg, pupuk NPK 1 kg, pupuk TSP 1 kg dan air dengan kapasitas
200 liter.
D. Parameter
Pengamatan
1. Jenis
Serangga
Dilakukan
dengan mengamati langsung pada petak tanaman, jenis apa saja (fitofag,
entomofag dan laba-laba) yang menyerang pada petak tanaman tebu. Adapun
jenis serangga yang diamati dilakukan dengan menggunakan jaring dan
fitfall-trap.
Jaring serangga, penggunaan jarring serangga dilakukan pada setiap petak pengamatan
tanaman tebu. Perlakuan dilaksanakan dengan interval 10 ayunan per petak.
Pengamatan dengan jarring ini dilakukan sebanyak 10 kali pengamatan per petak.
Fitfall-trap, penggunaan fitfall-trap dilakukan dengan cara memasang gelas aqua yang
ditanam pada permukaan tanah. Dimana sebelumnya gelas aqua tersebut telah di
isi dengan campuran deterjant dan air. Fitfall-trap dipasang disetiap sudut
pada petak pengamatan. Jumlah fitfall-trap yang dibutuhkan sebanyak 60 buah.
Kemudian
diidentifikasi di laboratorium entomologi dengan bantuan buku Kalshoven, hasil
yang didapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Persentase serangan
Dilakukan dengan mengamati langsung gejala serangan serangga yang menyerang
pada tanaman tebu tersebut. Pengamatan dilakukan pada batang dan daun tanaman.
Kemudian data yang didapat dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
bentuk gambar.
3. Populasi serangga
Dilakukan dengan menghitung langsung jumlah hama yang ada dipertanaman tebu
pada saat pengamatan, dan data yang didapat disajikan dalam bentuk tabulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Follow mas bro & mbak sist